KASUS CHOICEPOINT DI AMERIKA

Choicepoint, sebuah perusahaan bank data terbesar di Amerika yang berkantor pusat di Georgia, 
bahkan pernah kebobolan. Sekitar 145.000 data pribadi kliennya telah bocor dan diduga telah jatuh ke tangan para penjahat digital (black hat ; istilah untuk hacker jahat). 
Bahkan ada yang berspekulasi bahwa jumlah data klien yang tercuri mencapai sekitar 500.000 data para klien.
Kasus ini membuat bisnis penyimpanan data (khususnya di Amerika) menjadi lesu. Munculnya 
kasus ini menunjukkan betapa lemahnya perlindungan terhadap data-data penting dari jarahan para 
penjahat digital, dan juga sebagai indikasi akan lemahnya sistem perundang-undangan di suatu negara terhadap perlindungan privasi data konsumen atau warga negaranya, bahkan untuk negara besar 
seperti Amerika sekalipun yang nota bene adalah pusat dari perkembangan teknologi maju. 
Berbagai debat dan diskusi langsung bermunculan seputar masalah perlindungan data dan 
privasi seseorang, terutama data-data yang berhubungan dengan e-commerce maupun data-data sektor finansial lain yang biasanya membutuhkan akses internet untuk saling berhubungan satu sama lain 
(real-time data access).
Kebocoran data diduga sudah terjadi sekitar bulan November 2004, namun sayangnya baru 
terungkap sekitar bulan Februari 2005, yang tentu saja langsung mendapat protes keras dan 
reaksi panik dari berbagai praktisi ekonomi yang merasa dirugikan akibat adanya kebocoran data-data 
vital perusahaan atau lembaga mereka. 
Data-data yang sempat bocor tersebut antara lain:
Catatan dan arsip kasus-kasus pengadilan, formulir isian pernyataan bangkrut beberapa perusahaan 
(yang seharusnya berstatus sangat rahasia), catatan kepolisian dan daftar nomor-nomor SIM kendaraan 
di Amerika, catatan dan data kependudukan di Amerika, data-data preferensi konsumen, data-data karyawan perusahaan-perusahaan (employment background checks), catatan kontrak sewa menyewa 
antar perusahaan, surat-surat klaim asuransi, data-data nomor jaminan sosial (social security numbers), data-data catatan kelahiran penduduk, dan banyak lagi.
Akibat kebocoran data itu, Choicepoint mendapat banyak sekali tuntutan hukum dari para kliennya, 
dan hampir dapat dipastikan akan segera bangkrut karena tidak mampu lagi menanggung beban biaya tuntutan ganti rugi dari para kliennya. 
Apalagi kredibilitasnya sebagai sebuah perusahaan besar telah demikian rusak oleh kecerobohannya sendiri. Nilai sahamnya langsung anjlok, dan banyak 
klien-klien besar segera menarik diri dari jasa layanan mereka (walaupun belum diketahui apakah 
data-data perusahaan mereka termasuk yang sempat bocor ke tangan para black hat).
Diduga para pelaku pencurian data adalah sekelompok sindikat pencuri data digital (black hat) yang menyaru sebagai 50 pengusaha dari 50 perusahaan dan berpura-pura mendaftar sebagai klien baru 
yang berminat untuk menyimpan data-data mereka di Choicepoint. 
Dengan tehnik social engineering tingkat tinggi, mereka dengan mudah mengorek berbagai informasi penting yang berhubungan dengan sistem keamanan data yang diterapkan di Choicepoint. 
Bahkan ada dugaan bahwa Choicepoint tidak menerapkan standar enkripsi data atau pun otentifikasi 
data (authentication data), sehingga memudahkan para pengusaha gadungan itu untuk membobol 
sistem keamanan data di Choicepoint.
Choicepoint merupakan kasus terburuk yang pernah terjadi, karena selain nilai sahamnya langsung 
anjlok menjadi hanya senilai 20% dari nilai saham semula, para eksekutif perusahaan ini juga langsung diperiksa oleh SEC (Securities and Exchange Commission) yang bertugas untuk menyelidiki hal ini.
CEO Choicepoint, Derek BV Smith langsung meminta maaf kepada para klien perusahaannya ini melalui pernyataannya, “Kami meminta maaf sekali lagi kepada para konsumen kami yang mungkin merasa 
dirugikan akibat menjadi korban aksi penipuan akibat adanya kebocoran data di sistem kami.”

Sumber : http://artikelcybercrime.blogspot.com/2011/11/kasus-kasus-cybercrime-dunia.html


Dari artikel di atas ini termasuk ke dalam jenis cybercrame : Data Forgery

saran : menurut saya kejadian tersebut bisa dijadikan pelajaran kepada semua perusahaan di negara tersebut bahkan di seluruh dunia yang system keamanan nya kurang baik dan tidak akan ada lagi kejadian seperti perusahaan di Amerika ini yang menyebutkan bahwa
"Bahkan ada dugaan bahwa Choicepoint tidak menerapkan standar enkripsi data atau pun otentifikasi  data (authentication data), sehingga memudahkan para pengusaha gadungan itu untuk membobol  sistem keamanan data di Choicepoint."
jadi semua perusahaan bisa menerapkan system standar keamanan yang canggih dan sulit dibobol oleh blackhat.
dan untuk para pelaku bisa di kenakan sanksi sesuai perundang-undangan negara tersebut.

0 comments:

Post a Comment